Baca blog gw sama aja kayak baca tulisan cacat dan gak berbobot. Gak akan ada kata-kata ato cerita yang bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa. Paling cuma bisa buat obat susah eek aja. Karena cerita disini berpotensi membuat anda mual-mual dan mules-mules.. hehe
Posted on Sabtu, Oktober 10, 2015

Sebuah Cerita Kepada Alam

By Afaa Alghifaary di Sabtu, Oktober 10, 2015

Hai alam. Apa kabar?

Sudah lama ya kita gak bertemu.
Terakhir kali entah kapan.
Aku tidak tahu persis.
Saat itu perutku bahkan belum sebuncit sekarang.

Hai alam.

Aku sadar aku bukan orang yang berfisik kuat.
Disaat yang lain melaju dengan lancar, aku harus sering berhenti untuk beristirahat.
Makanya aku jarang mengunjungimu.
Namun temanku bilang, fisik bukan sebuah halangan.
Aku pun sudah mencobanya.
Dulu.
Dulu sekali.
Walau lambat, tapi aku bisa.

Hai alam, apa kau bertanya mengapa aku tidak pernah mengunjungimu lagi?

Selama beberapa masa ini, aku mempunyai dunia.
Duniaku yang indah.
Duniaku memberikanku keceriaan.
Kebahagiaan.
Aku selalu bersama duniaku.
Waktuku bahkan tidak cukup untuk sekedar mengunjungimu.

Lalu kenapa sekarang aku datang kepadamu?

Ya, alam.
Duniaku sekarang sudah pergi.
Hilang.
Dan mungkin tak akan pernah kembali.
Duniaku telah bertemu dunianya yang lain.
Meninggalkan aku disini.

Sungguh naif bukan?

Memang begitu, wahai alam.
Disaat kesepian melanda, hanya kau yang dapat menghiburku.
Hanya kau yang bisa menyemangatiku.
Hanya kau yang bisa membuatku sesaat melupakan duniaku.

Hai alam.

Aku tidak tahu apakah duniaku akan kembali.
Aku tidak tahu apakah aku akan menemukan dunia yang lain.
Tapi saat ini aku hanya ingin bercengkrama denganmu.
Bercerita.
Dan menikmati setiap jengkal keelokan rupamu.

Memang, alam.

Kita memang sudah lama tidak bertemu.
Kita memang sudah lama tidak berjumpa.
Tapi aku tidak pernah lupa cara menikmati keindahanmu.

Ohya, sepertinya aku akan sering mengunjungimu, alam.

Ada banyak hal yang belum aku ceritakan kepadamu.
Ada banyak hal yang mungkin ingin kau ketahui.
Nanti saat aku mengunjungimu lagi, aku akan menceritakannya kepadamu.

Wahai alam.

Aku memang belum pernah menaiki puncakmu.
Bahkan seperempat dari puncak itupun belum.
Tapi aku bertekad, suatu saat nanti aku akan menapak puncakmu.
Disana aku akan berdoa.
Memohon.

Untuk kebahagiaan duniaku.
Dan dunianya yang baru.

*Tidung Kecil, 10 Oktober 2015.