Baca blog gw sama aja kayak baca tulisan cacat dan gak berbobot. Gak akan ada kata-kata ato cerita yang bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa. Paling cuma bisa buat obat susah eek aja. Karena cerita disini berpotensi membuat anda mual-mual dan mules-mules.. hehe
Posted on Minggu, Oktober 25, 2015

Cerita Kepada Alam : 2

By Afaa Alghifaary di Minggu, Oktober 25, 2015

Hai alam.

Kita akan bertemu lagi.
Tidak lama lagi aku akan mengunjungimu kembali.

Seperti janjiku, alam.

Aku akan menceritakan tentang duniaku.
Duniaku yang dulu.
Betapa indahnya duniaku.
Betapa sejuknya bila aku sedang bersamanya.
Betapa sempurnanya dia.

Apa kau juga pernah mempunyai dunia, alam?

Atau kau salah satu bagian dari duniamu sendiri?

Aku pernah berharap aku bisa bersama duniaku.
Selamanya.
Kita bersama sampai pemilik alam semesta memisahkan kita.

Tapi ternyata tidak mungkin, alam.

Pemilik semesta sudah memisahkan kita.
Bukan, bukan salah-Nya.
Bukan salah duniaku.
Bukan juga salahku.

Dunia yang mengharuskan kita seperti ini.
Duniaku dan dunianya berbeda.
Duniaku dan dunianya tak sama.
Duniaku dan dunianya tak bisa dipaksakan untuk bersama.

Sekarang duniaku sudah bahagia, alam.

Dia telah menemukan dunia yang baru.
Dia telah menemukan dunia yang tidak berbeda.
Dia telah menemukan dunia yang tak perlu memaksakan untuk bisa bersama.

Kenapa alam? Kau bertanya mengapa aku tidak mencari dunia yang baru?

Belum, alam.
Aku masih ingin menikmati keelokanmu.
Aku tidak berharap.
Aku tidak meratap.
Kubiarkan semua seperti angin.
Seperti angin yang membawaku kembali menemuimu.

Seperti janjiku, alam.

Saat aku berada di puncakmu nanti, aku akan berdoa.
Aku akan memohon.
Semoga duniaku selalu bahagia.
Bersama dunianya yang baru.

*Jakarta, 25 Oktober 2015

Posted on Sabtu, Oktober 10, 2015

Sebuah Cerita Kepada Alam

By Afaa Alghifaary di Sabtu, Oktober 10, 2015

Hai alam. Apa kabar?

Sudah lama ya kita gak bertemu.
Terakhir kali entah kapan.
Aku tidak tahu persis.
Saat itu perutku bahkan belum sebuncit sekarang.

Hai alam.

Aku sadar aku bukan orang yang berfisik kuat.
Disaat yang lain melaju dengan lancar, aku harus sering berhenti untuk beristirahat.
Makanya aku jarang mengunjungimu.
Namun temanku bilang, fisik bukan sebuah halangan.
Aku pun sudah mencobanya.
Dulu.
Dulu sekali.
Walau lambat, tapi aku bisa.

Hai alam, apa kau bertanya mengapa aku tidak pernah mengunjungimu lagi?

Selama beberapa masa ini, aku mempunyai dunia.
Duniaku yang indah.
Duniaku memberikanku keceriaan.
Kebahagiaan.
Aku selalu bersama duniaku.
Waktuku bahkan tidak cukup untuk sekedar mengunjungimu.

Lalu kenapa sekarang aku datang kepadamu?

Ya, alam.
Duniaku sekarang sudah pergi.
Hilang.
Dan mungkin tak akan pernah kembali.
Duniaku telah bertemu dunianya yang lain.
Meninggalkan aku disini.

Sungguh naif bukan?

Memang begitu, wahai alam.
Disaat kesepian melanda, hanya kau yang dapat menghiburku.
Hanya kau yang bisa menyemangatiku.
Hanya kau yang bisa membuatku sesaat melupakan duniaku.

Hai alam.

Aku tidak tahu apakah duniaku akan kembali.
Aku tidak tahu apakah aku akan menemukan dunia yang lain.
Tapi saat ini aku hanya ingin bercengkrama denganmu.
Bercerita.
Dan menikmati setiap jengkal keelokan rupamu.

Memang, alam.

Kita memang sudah lama tidak bertemu.
Kita memang sudah lama tidak berjumpa.
Tapi aku tidak pernah lupa cara menikmati keindahanmu.

Ohya, sepertinya aku akan sering mengunjungimu, alam.

Ada banyak hal yang belum aku ceritakan kepadamu.
Ada banyak hal yang mungkin ingin kau ketahui.
Nanti saat aku mengunjungimu lagi, aku akan menceritakannya kepadamu.

Wahai alam.

Aku memang belum pernah menaiki puncakmu.
Bahkan seperempat dari puncak itupun belum.
Tapi aku bertekad, suatu saat nanti aku akan menapak puncakmu.
Disana aku akan berdoa.
Memohon.

Untuk kebahagiaan duniaku.
Dan dunianya yang baru.

*Tidung Kecil, 10 Oktober 2015.