Hai alam.
Kita akan bertemu lagi.
Tidak lama lagi aku akan mengunjungimu kembali.
Seperti janjiku, alam.
Aku akan menceritakan tentang duniaku.
Duniaku yang dulu.
Betapa indahnya duniaku.
Betapa sejuknya bila aku sedang bersamanya.
Betapa sempurnanya dia.
Apa kau juga pernah mempunyai dunia, alam?
Atau kau salah satu bagian dari duniamu sendiri?
Aku pernah berharap aku bisa bersama duniaku.
Selamanya.
Kita bersama sampai pemilik alam semesta memisahkan kita.
Tapi ternyata tidak mungkin, alam.
Pemilik semesta sudah memisahkan kita.
Bukan, bukan salah-Nya.
Bukan salah duniaku.
Bukan juga salahku.
Dunia yang mengharuskan kita seperti ini.
Duniaku dan dunianya berbeda.
Duniaku dan dunianya tak sama.
Duniaku dan dunianya tak bisa dipaksakan untuk bersama.
Sekarang duniaku sudah bahagia, alam.
Dia telah menemukan dunia yang baru.
Dia telah menemukan dunia yang tidak berbeda.
Dia telah menemukan dunia yang tak perlu memaksakan untuk bisa bersama.
Kenapa alam? Kau bertanya mengapa aku tidak mencari dunia yang baru?
Belum, alam.
Aku masih ingin menikmati keelokanmu.
Aku tidak berharap.
Aku tidak meratap.
Kubiarkan semua seperti angin.
Seperti angin yang membawaku kembali menemuimu.
Seperti janjiku, alam.
Saat aku berada di puncakmu nanti, aku akan berdoa.
Aku akan memohon.
Semoga duniaku selalu bahagia.
Bersama dunianya yang baru.
*Jakarta, 25 Oktober 2015
Posted on Minggu, Oktober 25, 2015
Cerita Kepada Alam : 2
By Afaa Alghifaary
di
Minggu, Oktober 25, 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar
Pencinta alam gays... :D
Menarik :)
Terimakasih infomasinya... Dapatkan pula Katalog Buku PAUD
Posting Komentar